Baru
saja aku masuk kamar dan ingin baca majalah, tiba-tiba lampu padam. Aku keluar
kamar dan syukurlah lampu emergency langsung nyala. Begitu juga di kamar
anakku,jadi dia tak akan terbangun karena lampu mati. Aku lihat Bang Roji,masih
sibuk mematikan TV lalu mengecek kontak listrik yang berada di luar rumah,
siapa tahu ada yang koslet katanya. Rupanya padamnya lampu karena ada gangguan
angin dan dimatikan PLN sebab lampu jalan juga padam. Dia lantas masuk kedalam
rumah.Aku pun bilang agar dia tidur dikamar putriku saja apalagi di kamar itu
tersedia karpet tebal di lantai yang biasa untuk bermain putriku“Itu bisa
dijadikin alas tidur Bang” kataku.Dia lalu masuk kamar putriku dan
membentangkan karpet itu di lantai. Akupun membantunya mengambilkan karpet.
Tanpa sadar aku terpeleset di dalam kamar putriku itu, kakiku terantuk kayu
tempat tidur karena cahaya yang kurang terang. Aku meringis kesakitan, Bang
Roji mendengar ringisan kesakitanku. Dia lalu berusaha memapah aku untuk duduk
di pinggiran tempat tidur putriku. Lalu dia menanyakan letak balsam,aku lalu
menunjuk ke arah kotak obat yang terletak di ruang makan dekat dinding lemari.
Beberapa saat Bang Roji keluar mengambil balsam untuk kakiku ini.Aku masih
meringis kesakitan di mata kakiku. Tak lama kemudian kembali kekamar dan
berusaha memijiti mata kakiku yang terasa sakit. Dengan mengoleskan balsam ke
tempat yang sakit dia juga memijitinya. Aku merasa nyaman dipijit olehnya.
Itulah aku merasakan kulitku di sentuh laki laki lain. Lambat laun rasa sakit
mulai berkurang dan terasa nyaman. Dengan intens ia terus memijiti telapak
kakiku dan dengan sekali hentak aku terkejut karena sakit lalu rasa sakit itu
mulai berkurang. Bang Roji memandangiku dari bawah.“Bagaimana rasanya Bu?” tanyanya.“agak
enakkan bang” jawabku singkat.
Aku
merasakan kini pijitannya mulai naik kearah betisku, aat itu aku masih duduk di
atas pinggiran ranjang putriku dan kulihat dia masih nyenyak tidurnya. Ia
seakan tak terganggu oleh suara hujan yang masih deras dan angin kencang diluar
rumah.Aku mulai merasakan geli di sekitar betisku. Gerakan pijatannya amat
membuatku merasakan kehangatan tangan Bang Roji dan syukurlah saat itu aku
mengenakan celana panjang piyamaku, jadi betisku yang putih ini masih terlindung
dari pandangan matanya. Beberapa saat setelah merasakan enakkan aku pun turun
ke lantai yang telah dialas dengan karpet tebal yang akan ditiduri Bang Roji.
Aku
bersandar di pinggiran kayu tempat tidur putriku.Aku amat berterima kasih pada
Bang Roji atas bantuannya itu. Akupun sempat memujinya yang pintar mijat,
dengan merendah ia bilang itu hanya kebetulan.Aku sempat kurang nyaman saat dia
menyebut aku Bu,padahal dia lebih tua dariku.“Bang,,,jangan panggil aku Bu,
panggil aja aku dik atau nama aja” kataku, “aku gak enak…apalagi abang lebih
tua dariku”“Baiklah jika begitu dik Risa” jawabnya lagi, “O ya, dik Risa, koq
mas Dodo jarang kelihatan sekarang ya?” tanyanya.Aku sempat terkejut dia
menanyakan tentang suamiku. Lalu aku jawab saja bahwa suamiku kini ditempatkan
di pulau luar jawa, jadi dia lebih banyak disana dari pada disini terangku.“Koq
dik Risa gak ikut ke sana juga, kan kasian Suci” ,katanya.“Yah, begitulah Bang,
aku kan tidak bisa pindah kerja juga, apalagi kini aku telah lama kerja di
tempat yang sekarang, jadi sayang jika harus berhenti.” jawabku menutupi
kemelut dalam rumah tanggaku.
Kami
lalu berbincang mengenai beberapa hal yang memang jarang aku dengar dari mulut
bang Roji. Malam itu aku berkempatan bicara banyak dengannya juga tentang masa
lalu dia dan kedua istrinya. Kami berbincang hingga malam semakin larut, namun
anehnya aku tak merasakan kantuk. Akupun tak terlalu kuatir jika besok bangun
kesiangan, apalagi sabtu dan minggu aku libur di kantor. Masih di kamar putriku
aku seakan menemukan lawan bicara yang enak diajak bicara. Meskipun aku tahu
kadang Bang Roji amat polos dalam pembicaraan namun aku tahu dia cukup
berpengalaman dalam hal pergaulan bermasyarakat. Kadang aku senyum-senyum
mendengar dia bicara mengenai sifat dari kedua istrinya itu. Dari situ aku tahu
ia bukanlah seorang satpam sembarangan. Dia juga memiliki segudang ilmu
kanuragan juga silat yang di tuntut dari mudanya.Dan merasa pembicaraan semakin
hangat aku pun berusaha keluar kamar anakku untuk mengambil air minum. Namun baru
beberapa gerakan mau berdiri tiba tiba aku tak tahan, kakiku seakan ngilu. Aku
tak sanggup berjalan ke luar, syukurlah aku tak sampai jatuh karena keburu di
sambut Bang Roji ke pangkuannya. Aku di papahnya duduk kembali di tempat
semula.Dia bilang aku jangan berjalan dulu, biar dia yang ambil minuman
katanya. Aku diam saja dan diapun keluar kamar mengambil yang aku maksud
tadi.Kemudian dia kembali ke kamar dan membawa air minum kekamar.Lalu aku di
suruhnya berbaring aja agar dipijat lagi.Aku mengikuti saja permintaannya
itu.Bang Roji lalu mengambil bantal yang ada di atas ranjang putriku.Lalu
diletakkannya di atas karpet dan aku disuruh rebahan agar gampang dipijat .
Selama
dipijat aku merasakan amat rileks meskipun saat itu aku bersama pria lain.
Sambil memijat kami selalu berbincang sampai ke hal masalah rumahtangga. Aku
merasakan kenikmatan pijatannya telah membuatku kegelian dan merasa tercambuk
gairah. Syukurlah saat itu bang Roji tak melihat perubahan di wajahku.Jujur
saja saat itu aku mulai terangsang, kaki celana panjangku sudah naik kearah
lutut. Bang Roji menghentikan pijatannya,dia merasa aku sudah tak sakit
lagi.Aku di suruh untuk menggerakkan kakiku itu. Syukurlah kembali baik dan gak
terasa lagi sakitnya. Bang Roji lalu bilang dia akan keluar saja sebab malam
sudah larut katanya. Aku lalu berdiri dan minta dia tidur dikamar ini saja,
biar aku yang keluar kamar kataku. bang Roji pun menuruti permintaanku. Aku
kembali bangun dari rebahan dan duduk, Bang Roji pun kembali duduk diatas
karpet itu. Namun dia memandangku dengan senyam senyum. Aku heran apa yang
menyebabkan ia tersenyum seperti itu. Lalu dia bilang,yang seharusnya memijati
aku adalah suamiku, dik Risa ini aneh katanya. Dengan menutupi keadaan rumah
tanggaku, aku bilang saja bahwa suamiku kini di tempatkan di daerah dan menjadi
kepala cabang perusahaanya. Dengan mengangguk Bang Roji bilang, kenapa aku gak
ikut pindah kesana. Akupun beralasan gak enak meninggalkan pekerjaan yang telah
aku rintis dan memulai yang baru lagi ditempat lain,apalagi kini kami sudah
memiliki rumah yang harus kami selesaikan cicilannya. Ia tampaknya mengerti
dengan keteranganku.
Aku
merasa malam semakin dingin, berdiri melihat putriku. Kututupi tubuhnya dengan
selimut tebal, sebab aku kuatir ia akan kedinginan malam itu.Lalu aku kembali
duduk di lantai beralas karpet itu dan ngobrol lagi dengan Bang Roji,
sepertinya dia belum ngantuk, aku juga. Kami ngobrol masalah Mpok Esih juga
istri mudanya kadang diselinggi obrolan masalah sex dia dengan kedua istrinya.
Aku mendengar dengan penuh perhatian. Diam diam dalam hatiku merasa iri akan
perhatian dia pada istrinya juga rasa tanggung jawabnya pada keluarganya. Amat
berbeda sekali dengan yang dikatakan Mpok Esih selama ini. Sebagai laki laki
aku rasa ia amat bertanggung jawab, tidak seperti suamiku saat ini yang
melalaikan keluarga. Tanpa aku sadari aku menaruh simpati padanya, meskipun dia
adalah seorang satpam dan tukang ojek serabutan. Namun karena tanggung jawabnya
pada keluarga ia bisa menghidupi kedua keluarganya. Saat itu aku merasa amat
kecil didepannya. Herannya aku semakin tak kuasa mendengar obrolannya yang amat
menyentuh hatiku. Karena merasa capai dengan posisi duduk, akupun merebahkan
kepala di bantal kecil. Sambil rebahan aku mendengarkan kisah juga tentang kenakalannya
dimasa lalu. Aku antusias mendengarnya meski mulai dihinggapi rasa dingin yang
menusuk tulang, padahal aku sudah memakai celana panjang kimonoku. Bang Roji
melihat aku yang kedinginan menyarankan aku untuk memakai selimut atau sweater.
Aku hanya mengambil selimut dari lemari kamar anakku dua lembar.yang satu buat
Bang Roji dan yang satunya aku pakai.
Kututupi
tubuhku dengan selimut, namun Bang Roji belum akan tidur tampaknya. Aku merasa
saat itu seakan bisa menerima dia dan juga perhatiannya pada kami selama ini.
Ia tampaknya tulus memberikan bantuan tenaga dan juga mau menemani putriku yang
tanpa pamrih itu. Heran aku kini koq semakin merasa dia adalah sosok laki laki
yang aku rasa bisa memberikan perlindungan padaku, pikiran pikiran itu muncul tiba
tiba. Adakah aku telah kehilangan akal sehatku dengan menempatkan seorang pria
yang dulunya amat aku takuti dan curigai karena perbuatannya dan juga
kelakuannya yang amat tidak aku sukai sebagai sosok laki laki pelindung. Aku
semakin kehilangan akal sehatku dan menilai nilai diri Bang Roji dengan
penilaian yang amat plus dan tak menghiraukan dari mana dia dan bagaimananya
sifat dan latar belakangnya selama ini.Aku kini telah mengenyampingkan peran
dan sosok suamiku yang notabene masih sebagai kepala keluarga dan suamiku yang
syah. Disaat itulah aku dikejutkan oleh panggilan Bang Roji yang tiba tiba
mengagetkan aku yang sedang melamun.Aku tersadar bahwa telah melamunkan hal
yang gak aku sadari itu.Aku lalu hanya senyum dan bilang tadi aku hanya membayangkan
apa yang Bang Roji ucapkan.Ia pun lalu bilang jika aku ngantuk ya tidur aja
kekamar sebab ia masih belum ngantuk katanya.
Aku
merasa malu saat diingatkan disaat lamunanku terbang kemana mana. Bang Roji pun
bilang,apa aku punya masalah,sebab dari tadi saat dia ngobrol aku sepertinya
menerawang dan tak nyambung. Dengan muka agak merah, aku mengangguk dan
membenarkan tebakannya itu.Bang Roji pun terdiam dan hanya memandangku saja,
matanya tajam memandang bola mataku.Aku hanya menundukkan wajahku, tak tahan
ditatap seperti itu. Ia lalu berkata, jika aku tak keberatan ya boleh
diutarakan aja katanya lagi. Lalu ia bertanya apakah selama ini ia dan istrinya
sering membuatku merasa terganggu.Aku jawab bahwa gak ada hubungannya lo Bang
dengan keberadaan Bang Roji disini. Lalu ia menebak lagi, apakah suamiku tak
suka jika ia dan istrinya sering membantuku? Aku hanya menggelengkan
kepalaku,pertanda tebakannya tak benar.Bang Roji lalu bilang,jika ia menganggu
ketenangan aku,ya dia biar keluar kamar saja katanya sambil berdiri. Aku lalu
menahan tangannya agar tidak keluar kamar.Aku heran kenapa saat itu langsung
menahan tangannya untuk berdiri padahal dia bukanlah siapa siapa aku.
Merasa
aku tak menghendaki dia keluar kamar, Bang Roji pun mengurungkan niatnya.Dia
lalu kembali duduk disampingku.Ketika itu tangannya masih berada di
genggamanku.Herannya aku tak juga melepaskan tangan Bang Roji.Kini kami duduk
di lantai dengan berdampingan.Dengan suara yang agak serak aku minta Bang Roji
menemani aku sambil ngobrol meski aku tak peduli lagi aku bersama siapa malam
itu.Apalagi aku lihat putriku masih terbaring nyenyak dalam tidurnya,ia tak
akan tahu bagaimana problema yang aku rasakan saat ini. Apalagi untuk anak
seusia itu yang masih kecil. Disaat itu sebenarnya aku ingin ada yang
menemaniku dan mendengarkan keluh kesahku yang kini mendera, aku merasakan Bang
Roji cocok untuk diajak ngobrol paling kurang sebagai penampung unek-unekku.
Akupun
lalu menumpahkan segala beban yang ada di hatiku selama ini dan tak lagi
memandang dia siapa. Mulai dari saat aku menempati rumah ini hingga masalah
rumah tanggaku yang dilanda dilema. Dia juga semakin antusias mendengar
penuturan aku. Bang Roji pun semakin merapatkan tubuhnya kepadaku yang pada
saat itu aku juga butuh tempat merebahkan kepalaku.Dalam keadaan labil saat
itu,aku mandah saja di dada bidangnya. Perlahan aku seolah nyaman rebah di
dadanya, diapun berusaha membuatku rileks. Aku mulai merasakan rasa damai dan
tentram saat itu. Bang Roji lalu berusaha membelai belai rambutku.Ada rasa
hangat yang aku rasakan di saat itu.Belaiannya di kepalaku seakan mampu
menghilangkan kegundahanku selama ini.Aku sendiri sebenarnya amat bingung saat
itu.Apakah yang terjadi sebenarnya didalam diriku.Aku pun masih memegang tangan
kiri Bang Roji dan Bang Roji masih membelai rambutku juga samping pipiku.Aku
merasakan semua masalahku selama ini hilang saat itu.Kini aku memasrahan diri
pada Bang Roji.Aku seolah tak memiliki pilihan lain lagi untuk keluar dari
masalah ini.Aku tahu ini amat bertentangan dengan norma kepatutan dan norma di
masyarakat,apalagi dia adalah seorang satpam yang tidak berhak ikut dalam
prolema keluargaku.Apa sih yang dapat aku harapkan dari dia? pertanyaan
pertanyaan itu sering muncul di benakku.Namun kemudian hilang begitu saja,seolah
aku amat membutuhkan nya tidak saja aku butuh teman curhat juga butuh hal lain
yang tidak aku dapatkan dari suamiku.Namun sebagai wanita aku masih dibatasi
oleh rasa angkuh yang tidak akan meminta sesuatu itu padanya.
Sebagai
laki laki dewasa dan berpengalaman ia seolah tahu apa yang aku butuhkan.Tanpa
bicara ia mulai membelai belai pipiku yang halus dan memberikan hawa nafasnya
ke tengkukku. Rasa geli dan hangat mulai menjalariku. Aku semakin membiarkannya
melakukan itu,dan suatu kesempatan dengan keberaniannya ia pun mencium bibirku.
Aku
terkejut dan melepaskan kulumannya pada bibirku. Kulumannya terlepas, namun
anehnya aku tidak berusaha menjauh dari pelukannya. Aku kemudian melengoskan
wajahku kearah lain padahal aku melakukan itu semua adalah untuk menghindarkan
kesan aku amat butuh saat itu. Tampak Bang Roji bukanlah laki laki kemaren sore
yang bisa aku bikin semaunya. Tanpa di suruh dia lalu meraih wajahku dan
kembali mengulum bibirku beberapa saat.“Sudah ahhh Bang, aku gak bisa bernafas
nih” kataku berusaha melepaskan kulumannya.Namun apalah dayaku untuk menahan
setiap tindakannya. Dia lalu melepaskan kulumannya dari bibirku, namun sebelah
tangannya sudah memasuki blus piyamaku. Dengan perlahan dan pasti,jari-jarinya
memasuki belahan dadaku dan berhenti di putting susuku. Rasa geli,juga nafsu
mulai melandaku. Aku tak kuat diperlakukan begitu olehnya. Tanganku berusaha
menahan gerakan jari-jarinya yang sudah berada di dalam bhku saat itu,
bagaimanapun aku merasa malu. Dengan sebisaku aku berusaha menahan setiap
gerakan jari-jarinya di permukaan putting susuku. ekuat aku menahannya sekuat
itu pula ia berusaha memilinnya ingga usahaku menahannya semakin melemah karena
deraan nafsu yang sudah mulai mempengaruhi setiap sendi tubuhku.
Di
perlakukan seperti itu,aku semakin terjerat oleh percikan birahi yang di
kobarkan Bang Roji.Perlahan dan pasti ia berhasil melepas atasan piyama
tidurku. an kini hanya tinggal bh yang hanya menutupi sebagian kecil
didadaku.Aku semakin terjebak ke jurang gairah yang mulai menampakkan wujudnya.
Aku pun kini seolah ikut menerima perlakuannya saat itu. Rasa hangat yang di
pancarkan jari jari Bang Roji di permukaan kulitku sanggup membuatku merelakan
dia melepas pengait bh yang aku kenakan saat itu. Lalu bibir Bang Roji mulai merayap
dan menggigit kecil putting susuku secara perlahan,dan mampu membuatku seolah
kembali menjadi seorang wanita dewasa yang sempurna.Kulit dadaku seakan rela
menerima semua perlakuannya saat itu.Berulang ulang ia ekspos kedua bukit
dadaku dengan intensitas yang meninggi.Aku serasa di perlakukan utuh sebagai
wanita.
Dengan
kedua tanganku aku raih kepala Bang Roji,seakan tak rela ia menyudahi
tindakannya itu.Saat ini aku tak peduli lagi siapa Bang Roji dan apa
statusnya,yang penting saat ini bagiku,bagaimana dahagaku terpuaskan. Merasa
aku sudah menerima semua perlakuannya, Bang Roji membisikkan sesuatu
padaku.“Dik…Rissa, dikamar dik Rissa aja kita lanjutkan…gimana? kasian nanti
Suci bisa bangun” terangnya dengan suara yang menahan sesuatu.Ia seakan yakin aku
akan mau melakukan hubungan yang lebih lagi denganku malam itu. Aku juga sadar
Bang Roji,ingin melakukannya dikamarku agar anakku tidak terbagun dan tak ingin
nantinya anakku mengerti tentang hubungan yang kami lakukan.Saat ia meminta
pindah kekamarku,aku terbayang sedikit tentang kejadian yang akan
terjadi.Apalagi status kami yang cukup berbeda itu. Masih ada harapan bagiku
untuk membatalkan keinginan Bang Roji saat itu. Sebelum aku bangun dari rebahan
di lantai bersama Bang Roji aku kembali memunguti bh dan atasan piyamaku.Aku
langsung saja mengenakan atasan piyamaku tanpa mengenakan kembali bh yang telah
terlepas dari tubuhku oleh Bang Roji tadi.Bra itu tetap aku pegang dan aku pun
berdiri, lalu membuka daun pintu yang masih tertutup.
Akupun
keluar dari kamar anakku dan berjalan kearah kamarku. Bang Roji saat itu
mengikuti aku kekamar. Kudorong pintu kamar dan masuk ke dalamnya. Sesampai
dalam kamar aku duduk diatas ranjangku. Bang Roji lalu menutup pintu kamar dan
menguncinya. Ia lalu duduk disampingku, diraihnya tanganku dan dibawanya
kebibirnya dan diciuminya. Melihat tingkahnya itu,aku seakan terenyuh akan
sikapnya yang terlihat sabar. Aku yakin tanpa aku mintapun malam ini ia akan
melakukan hal yang belum pernah aku lakukan selain dengan suamiku. Aku tahu
ini,amat bertentangan dengan norma agama dan adat ketimuran yang kuanut,
apalagi aku termasuk wanita Jawa yang amat menjunjung tinggi tata krama, namun
saat ini seakan hilang semua. Perbuatan dan penyelewengan suamiku seakan
mencambuk diriku untuk melakukan pembalasan, meski saat itu aku menyadari
tidaklah benar tindakanku saat ini. Bang Roji,menyadari juga perbuatannya saat
itu,menyalahi hukum dan amat tercela,dengan suara berat seolah menahan sesuatu
dia masih sempat bertanya padaku.“Dik Rissa rela..akan perbuatan abang ini?”
sambil menatap bola mataku dalam dalam.Aku pun memandangnya dengan tatapan yang
tajam seolah menantang dia ,namun hanya beberapa saat.Aku kembali menundukkan
mukaku ada rasa malu jika aku memintanya melakukan itu.Bang Roji adalah laki
laki dewasa yang sudah amat banyak pengalaman seolah tahu apa yang harus ia
perbuat.
Sikap
diamku saat itu seakan persetujuan untuk perbuatannya selanjutnya. Sambil
meraih kedua tanganku lalu tubuhku dibawanya kepelukannya. Kini tubuh kami amat
dekat, meski saat itu kami masih mengenakan pakaian. Namun karena aku tak
memakai bra saat itu,seolah mampu membuatnya semakin bernafsu padaku. Ketika
aku dalam pelukannya,aku merasakan ada rasa damai dan hangat yang sudah lama
tidak aku rasakan lagi.Ada rasa nyaman dalam pelukan Bang Roji yang bidang dan
berotot itu,meski aku akui ada juga bau yang kurang sedap aku rasakan saat
itu.Namun semua rasa yang ada dalam diriku seolah mampu mengalahkan bau bauan
yang kurang sedap itu.Aku semakin tenggelam dalam sosok tubuh Bang Roji,iapun
lalu mengulum bibirku,Aku berusaha semampunku untuk menerima kulumannya,namun
kembali bau kurang sedap dari mulutnya karena rokok dan juga makanannya
membuatku seakan hilang gairah.
Masih
dalam pelukan ketat Bang Roji,akupun kembali terpaksa menerima kuluman panasnya
di bibirku.Rasa geli karena kumisnya yang bergesekan dengan bibirku mampu
membuatku terlena. Apalagi jelajahan lidahnya didalam rongga mulutku mampu
membuatku susah untuk bernafas.
Dipancing
seperti itu,aku mau tidak mau membalas kuluman Bang Roji,hingga membuat lidah
kami seakan saling berkait dan ludah kami bercampur satu sama lainnya.Dengan
lincah tangan Bang Rojipun melepas kancing atasan piyamaku hingga terlepas ke
lantai. Jari-jarinya itu pun memilin dan memutar putting dadaku hingga aku
semakin terlonjak nafsuku. Puas memainkan lidahnya di bibirku mulutnya turun
melata dikulit dadaku. Kembali aku merasakan geli yang amat sangat diperlakukan
begitu. Aku hanya bisa meraih kepalanya yang saat itu berada dibelahan dadaku.
Kalung yang aku gunakan seolah mengganggu aktifitas mulutnya didadaku. Dengan
tangan kirinya ia singkirkan kalungku kearah tengkukku lalu kembali ia menyedot
bukit dadaku bergantian kiri kanan.Berbagai rasa kembali menderaku. Aku masih
meraih kepalanya seakan tak ingin cepat berlalu.aku merasakan rasa basah di
organ vitalku saat itu.beberapa lama bang Roji menggigit gigit dadaku dengan
lembut dan meninggalkan tanda di dadaku yang putih. Aku hanya mampu memicingkan
mataku dan menuruti perbuatan Bang Roji. Tiba tiba ia menghentikan aktifitasnya
pada dadaku.Aku pun membuka mataku,ingin tahu apa yang menyebabkan ia
menghentikan perbuatannya itu.
Jujur
saja aku merasa kecewa karena ia menghentikannya, namun aku diamkan saja.
Rupanya Bang Roji sedang melepaskan kaos yang ia kenakan dan tampak dadanya
yang bidang,juga berbulu lebat. Di bahunya terlihat sebuah tatto yang aku
kurang mengerti gambarnya. Setelah kaos yang ia kenakan lepas dari tubuhnya
iapun langsung melepas celana panjangnya. Kini ia hanya mengenakan celana dalam
yang sudah terlihat menguning dan ada lubang disana sini. Namun aku juga sempat
melihat tonjolan besar dibalik celana dalamnya itu. Dengan masih memakai celana
dalam,bang Roji berjalan menuju aku. Dia meraih daguku dan kembali mengulum
bibirku beberapa saat.
Kemudian
aku pun dibaringkannya diatas ranjangku. Saat aku terbaring menanti Bang Roji,
dia terlebih dahulu mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu meja disamping
ranjangku. Dengan hanya diterangngi lampu tidur,ia menaiki ranjang tempat aku
tergolek pasrah.Aku tergolek lemah diranjang dengan bertelanjang dada dan masih
mengenakan celana pendek piyamaku. Bang Roji menuju kearah kakiku, ia berusaha
melepaskan celana piyamaku. Tidaklah susah melakukan hal itu sebab aku sudah
amat pasrah padanya. Celana yang aku kenakan dilepas dan diletakkan dilantai
samping ranjangku. Kini organ vitalku hanya tertutup cd putih berbahan katun.
Aku berusaha menyilangkan kakiku agar basah di belahan kemaluanku tak terlihat
Bang Roji. Bang Roji tidak melepaskan cd yang aku kenakan itu.Ia membuka kedua
kakiku. Lalu salah satu tanganku masuk kedalam kain tipis penutup organ vitalku
ini. Aku terkaget tak menduga ia akan memegang kemaluanku. Tanganku langsung
menahan tangannya. Namun ia amat kuat dan tak berhasil kucegah jari-jarinya
mulai masuk ke dalam jepitan kemaluanku.Aku merasakan seperti disengat aliran
listrik yang sanggup membuatku kegelian dan seakan meledak.
Bang
Roji terus mengekspos daging kecil di belahan kemaluanku membuatku semakin tak
mampu menguasai diri. Hingga akhirnya aku orgasme dan menjerit histeris oleh
perbuatan tangan Bang Roji. Lelehan air cintaku seakan membasahi jari bang
Roji.Bang Roji lalu menarik dua jarinya yang basah oleh air cintaku. Ia membawa
kedua jarinya yang basah itu ke bibirnya dan menjilatnya. Tanpa ragu ia
mencicipi air cintaku. Aku tak sanggup melihat perbuatannya saat itu. Tubuhku
semakin lemah karena orgasme yang kualami setelah beberapa lama tidak lagi aku
dapatkan. Aku tergolek pasrah dengan kedua kaki terbuka. Kini Bang Roji
berusaha melepas cdku yang basah oleh cairan orgasme. Tak sulit ia melepas cdku
saat itu karena aku sudah amat lemah dan aku pun sudah tak merasa malu karena
kini aku sudah telanjang bulat didepan orang lain selain suamiku. Kepasrahan
aku membuatku tak merasakan rasa malu ditelanjangi saat itu. Aku tak merasakan
lagi dinginnya malam yang diguyur hujan deras saat itu, yang aku rasakan hanya
rasa puas,dan terbang keawang awang. Tubuhku yang basah oleh keringatku pun tak
lagi aku hiraukan juga jejak cupangan di sekujur dadaku. Melihat aku yang masih
telentang menikmati orgasme yang aku dapatkan Bang Roji pun seolah mengerti aku
butuh waktu beberapa saat untuk melepaskan rasa yang kini menderaku.
Tak
membutuhkan waktu lama untuk kembali kekeadaan semula. Aku sadar bahwa Bang
Roji juga ingin kupuaskan namun yang pasti dia ingin menggauli aku seperti
hubungan suami istri.Aku merasa bimbang saat itu.Apakah aku akan membiarkannya
memasuki aku atau menghentikannya.Aku tak punya keberanian saat itu.Aku tahu
yang ia ingini seperti umumnya laki laki ingin hubungan itu bukan hanya
kepuasan sepihak seperti yang aku dapatkan barusan. Bang Roji memandang aku dan
dengan tatapan matanya, ia seakan minta aku rela untuk disetubuhinya. Aku pura
pura tak mengerti apa yang dia ingini itu. Melihat kondisi aku yang sudah sedia
kala,Bang Roji melangkah kearahku. Ia berusaha kembali memancing nafsuku dengan
menciumi balik telingaku hingga tengkuk aku yang masih tersisa butir-butir
keringat. Aku kembali merasakan geli dan gairah yang kembali muncul.
Dengan
penuh kesabaran Bang Roji tanpa merasa jijik sekalipun,menjilati kulitku,mulai
dari leher,dada,perut,hingga belahan kemaluanku. Dia juga menjilati kedua
kakiku. Aku merasa seorang ratu yang diperlakukan seperti itu. Tanpa merasa
jijik sedikitpun ia jilati semua permukaan kulitku yang masih basah oleh
keringatku. Punggungku dan belahan pinggulku tak luput dari jelajahan lidahnya.
Aku semakin merasa salut dan kasihan atas perlakuannya itu padaku. Aku tak akan
mungkin menolak kehendak bang Roji saat itu. Ia memperlakukan aku lebih dari
apa yang selama ini aku bayangkan.Ini juga mungkin rupanya yang membuat Mpok
Esih dan istri mudanya tak mau dipisah oleh bang Roji.
Dengan
telaten Bang Roji seperti memandikan aku dengan lidahnya.Tak terlihat
sedikitpun rasa lelah dan bosannya saat itu.Diperlakuakn seperti itu seakan
mampu memacu gairahku saat itu.Dan Bang Roji,lalu meraih kedua belah buah
dadaku dan membelainya dengan lembut.Padahal saat itu,aku sudah basah sekali di
liang kemaluanku. Perlahan dan pasti pilinan dan rabaan di dadaku mampu
membuatku kembali bergairah. Aku hanya mampu menghentakan kakiku di ranjang
sehingga spreynya semakin kusut. Sedang kedua tanganku hanya memegang rambut
Bang Roji yang masih asik di atas perutku.Ia pun terus turun menuju ke
kemaluanku.
Kedua
kakiku ia sibakkan dan membuka. Kini tubuh kekar hitam Bang Roji sudah berada
di antara kedua kakiku. Kepalanya singgah di lepitan kemaluanku, sementara
lidahnya terus masuk ke liangku. Seolah memancing lidah Bang Roji terus
merangsek masuk dan memasuki celah organ intimku. Aku hanya bisa memejamkan
mata dan tak mampu membukanya. Aku semakin berada di titik paling labil saat
itu.Aku berusaha menahan rasa geli yang kini semakin membuatku kepayahan. Bang
Roji lalu melepaskan lidahnya dari liangku. Aku merasa letupan birahi yang akan
segera meledak padam kembali. Bang Roji seakan tahu kelemahan aku. Aku tak tahu
harus berbuat apa,apalagi rasa letupan itu tadinya hampir meledak. Namun Bang
Roji pun bergerak bangun dan mengangkat kedua kaki dan menekuk lututku. Tampak
saat itu Bang roji akan melakukan penetrasi kedalam kemaluanku.Bang Roji
berdiri dan melepaskan penutup kemaluannya,yang tadi belum dibukanya.Setelah
dibukanya penutup kemaluannya itu aku terkaget. Kemaluan bang Roji membuatku
kaget dan takut sekali. Ukurannya cukup panjang dan besar.Aku serasa tak
percaya dengan apa yang aku lihat saat ini.Aku bergidik karena membayangkan
apakah au akan sanggup menerima benda besar dan panjang itu.Padahal saat
itu,kemaluan Bang Roji belumlah terlalu ereksi.Apalagi jika sudah dalam ukuran
maksimal. Berbagai bayangan ketakutan berkecamuk didalam pikiranku.
Aku
berusaha menolakkan tubuhnya agar menjauh dari tubuhku padahal saat itu ia
sudah siap siap untuk melakukan perangsangan kembali kepadaku. Ia terlihat
heran, merasa ada penolakan dari aku saat itu,bang Rojipun menghentikan
Aktifitasnya,namun belum bergerak dari kedua kakiku.Ia bertanya padaku dengan
suara yang agak gugup.“Adddaa…apa dik Rissa menolak Abangg?”“Bang…apa gak bisa
kita undur saja? Sebab…aku takut? punya abang…cukup..panjang dan besar” kataku
gugup tanpa melihat ke arahnya karena baru saja didera rasa kaget dan takut
saat itu..Bang Roji mengangguk-angguk saja perkataanku itu. Ia sadar miliknya
cukup besar dan iapun tahu aku akan cukup kaget menerima benda miliknya itu.
Bang
Roji tampaknya tidak mau memaksaku untuk menerimanya saat itu. Ia cukup
mengerti dengan alasan penolakan aku. Ia amat bisa menjaga perasaanku saat itu.
Memang saat itu aku cukup egois dan tak berperasaan padanya. Namun rasa takut
dan ngeri membuatku menolaknya. Bang Roji pun tak lagi memaksakan
kemauannya.Masih dalam posisi diantara kedua kakiku, ia lalu kembali merebahkan
tubuhnya diatas tubuhku. Ia kembali mengulum bibirku berulang ulang.Sementara
keringatku kembali bercucuran di dahi dan dadaku. Sebagai perwujudan terima
kasih aku kepadanya yang tidak memaksaku melakukan penetrasi aku pun menyambut
kulumannya dibibirku. Lalu ia pun terus turun kearah buah dadaku dan menjilat
putting susuku beberapa kali sambil mengigitnya.Gerakan mulutnya terus turun
kearah perut dan singgah di organ vitalku yang kembali mulai basah.Aku semakin
tak berani memandangnya saat itu.Hanya kedua tanganku yang terus memegang
kepala dan bahunya yang sudah licin karena keringat apalagi dia sudah menahan
birahinya untuk memasuki tubuhku. Ketika ia terus menjelajahi liang kelaminku,
aku makin merasa terbang dan merasa siap untuk menerimanya. Pikiranku terus
bekerja tentang keinginan Bang Roji itu.
Liangku
aku rasakan sudah amat basah dan beberapa saat lagi akan meledak.Bang Roji
tampaknya tahu aku akan mendapatkan orgasme,namun aku dipermainkannya. Ia tiba
tiba saja menghentikan jilatannya di belahanku yang telah basah itu. Cairan di
liangku ia telan dan aku kecewa dengan sikapnya tadi.Aku gagal mendapatkan
orgasme untuk yang kedua kalinya.
Kedua
kakiku masih terbuka seolah siap dimasuki kelamin Bang Roji. Bang Roji
memandangku diam.“Bang Oji jahat…aku abang siksa seperti ini. Bang tolong lah
bang…jangan siksa aku seperti ini!” permintaanku saat itu.Dengan pandangan yang
masih menahan birahi Bang Roji membuka kedua kakiku terbentang. Aku tak lagi
menahannya untuk membuka kedua pahaku agar ia bisa mengekspos organ kelaminku
ini.“Dik Rissa? abang ingin masuk…apa di bolehkan?” bisiknya.Ia terlihat amat
menjaga perasaanku meski ia juga terlihat amat tersiksa saat itu.Bang Roji
berusaha mempengaruhi mentalku dengan menarik tanganku untuk memegang
kemaluannya yang cukup panjang dan telah siap dipakai itu. Aku yang menduga ia
akan menarik tanganku kearah pinggulnya tak tahu bahwa tanganku dibawanya
kearah kemaluannya. Aku terkejut dan melepaskan peganganku yang hanya beberapa
saat itu. Namun aku sudah cukup kepayahan saat itu.Rasa gatal di organ vitalku
menuntunku mengizinkannya memasukiku walaupun konsekwensinya aku akan merasa
sakit nantinya. Namun apalah yang terjadi nanti biarlah terjadi, demikian
perkataan bawah sadarku. Dengan sikap diam dan posisi kedua kaki yang sudah
terbuka,Bang Roji lalu mengangkat kakiku. Ia menggeser pinggulnya kearah
lipatan kelaminku.“Bangggg…sshhh!!!” dengusku “Jaangann kaaasarr ya bangg”
pintaku.Bang Roji diam saja sambil fokus untuk memasukiku. Bertahap dan sangat
lambat ia mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki aku.Kini dengan sangat
hati hati dan tak ingin menyakiti aku bang Roji sudah menempatkan kepala
kemaluannya di permukaan liangku. Perasaan berdebar dan takut silih berganti
menderaku.Aku pun memicingkan mataku dan hanya berusaha untuk menahan tubuhnya
jika nanti merasa sakit.Perlahan namun pasti benda panjang dan besar itu,mulai
masuk bertahap, aku mulai merasa sesak di liangku, detik detik pertemuan
kelamin kami membuat debar debar aneh didadaku semakin keras.Dan rasa nyilu
namun geli mulai aku rasakan.Karena licinnya liangku saat itu, juga kondisi aku
yang memang tidak perawan. Tanpa kesulitan berarti kemaluan bang Roji pun masuk
kedalam kemaluanku meski saat itu aku sempat menahan tubuhnya karena rasa ngilu
di liangku.Aku merasakan liangku seakan penuh oleh benda milik Bang Roji.Bang
Roji terus maju kedalam liangku dan iapun menghentikan gerakannya.Ia mendiamkan
kemalauannya didalam liangku yang sudah serasa penuh.Aku sungguh merasakan rasa
nyilu yang amat sangat juga penuh diorgan intimku ini.Beberapa saat kami sudah
menyatu seperti pasangan suami istri yang sedang memadu kasih.
Setelah
kami sudah menyatu, Bang Roji mengulum bibirku.Aku menerimanya dengan mengulum
juga lidahnya yang bermain main membelit lidahku.Kini kami sudah menyatu satu
sama lainnya. Ada rasa penyesalan dalam sanubariku saat itu. Kini aku tidak
beda dengan suamiku yang juga telah berselingkuh dengan orang lain yang tidak
aku kenal. Kini aku seakan dibutakan oleh rasa dendam kepada suamiku. Aku sudah
tak lagi berusaha menyelamatkan rumah tanggaku yang sudah diambang kehancuran
saat ini. Perbuatanku bersama Bang Roji saat ini merupakan perbuatan yang tidak
terampuni didalam suatu rumah tangga. Namun gejolak dalam tubuhku saat ini
mampu mengenyampingkan pikiran pikiran sehatku selama ini. Dalam sikap diam
beberapa saat itu Bang Roji lalu menghentikan kulumannya dibibirku.Ia lalu
menarik kemaluannya keluar dan masuk lagi. Beberapa kali ia maju mundur masuk
kedalam kelaminku. Tampaknya kelaminku sudah dapat menerima kelamin Bang Roji,
juga rasa nyeri dan ngilu sudah berangsur hilang diganti rasa nikmat dan birahi
yang meninggi.Aku merasa sudah siap untuk mendapatkan orgasme yang tertunda
tadinya.Gerakan Bang Roji semakin kuat dan cepat.Tubuhku seakan boneka yang
gampang ia gerakan maju mundur. Aku pun mulai didera rasa yang mungkin tak
didapat saat bersama suamiku.
Tubuhku
bergerak kuat menerima sodokan kemaluan Bang Roji yang semakin cepat.Kedua
Payudaraku juga bergoyang kuat dan keringatku seolah membanjir di atas
kulitku.Aku hanya merem menikmati gerakan maju mundur bang Roji yang saat itu
memegang pinggulku.Sesekali ia meremas payudaraku yang juga telah mengeras.Dan
muara dari hubungan kelamin kami berdua itu,aku pun semakin merapatkan kedua
kakiku menjepit pinggul bang Roji,dengan dengusan yang aku tahan ,aku pun
semakin meraih bahu Bang Roji hingga gores dan sedikit berdarah.Aku mendapatkan
Orgasme dari persebadanan ini.Aku pun terkulai lepas dan melepaskan cengkraman
di bahunya dan kedua kakiku lantas terlepas dari panggul Bang Roji.Namun Bang
Roji seakan masih ingin terus memberiku kepuasan sejati.Aku sudah tak berdaya
mengikuti gerakan Bang Roji.Ia masih saja masuk dan keluar berulang ulang
hingga aku merasa nyilu didalam kemaluanku.Tak lama setelah aku mendapatkan
Orgasme,Bang Rojipun lalu memajukan kemaluannya hingga mentok dan melepaskan
spermanya didalam rahimku. Aku tak berusaha melarangnya untuk klimaks didalam
rahimku.Aku juga tak perlu kuatir sebab saat ini aku masih melakukan kb jadi
masih aman.
Setelah
bang Roji klimaks,aku merasakan lelehan spermanya yang keluar dari liangku.Ia
tak langsung melepaskan kemaluannya dari liangku.Ia masih menindihku dan berada
diatas tubuhku.tampak ia cukup kelelahan saat itu.tak lama memang,kemaluan Bang
Roji mulai keujud sebelumnya dan terlepas dari liang kemaluanku. Ia pun
terkulai disampingku.Aku pun berusaha menutupi tubuh kami berdua dengan
selimut.Padahal saat itu hujan masih mengguyur dengan cukup deras.seperti
kebiasaan suamiku,setelah klimaks langsung tertidur. Bang Roji juga demikian,
ia langsung rebah dan ngorok disamping aku.Aku pun membelakangnginya,dan
meresapi kejadian yang baru aku alami itu.Aku berpikir keras ttg hubunganku
yang sudah semakin jauh dengan Bang Roji.Aku pun sempat terbayang,mungkin
begitu juga cara Bang Roji berhubungan dengan kedua istrinya.Pantas saja kedua
istrinya tak mau minta cerai darinya.Sebab dalam berhubungan Bang Roji amat
pengertian dan mampu memuaskan hasrat kedua istrinya,yang kini aku rasakan
juga. Letih dengan hubungan badan yang baru aku alami dan pikiran pikiran ttg
rumah tanggaku,akupun tertidur membelakangi Bang Roji yang tidur di sampingku
saat itu.
Tak
lama memang,saat itu telah menunjukan pukul 02.30, hujan telah reda dan hawa
dingin malam menusuk kulitku. Aku terbangun oleh gerakan gerakan yang aneh di
sekujur tubuhku. Aku berusaha membuka mataku dan terliat Bang Roji sudah berada
diantara kedua kakiku.Ia ingin melakukan persebadanan lagi saat itu.Aku yang
juga sudah pulih dari rasa letih karena sempat tertidur beberapa saat lalu
menerima saja keinginan Bang Roji itu. Tak lama kemudian kami sudah saling
mencumbu satu sama lainnya. Dalam keasikkan kami itu, bang Roji lantas
menbisiki aku untuk melakukan oral padanya. Aku terkaget sebab aku tak sanggup
melakukan pada benda yang cukup besar itu. Apalagi selama aku berhubungan
dengan suamiku aku tak pernah melakukannya. Namun Bang Roji memberiku
pengertian agar aku mau melakukan sebab nantinya aku pasti suka.Dengan masih
gugup dan takut aku mencoba memasukkan kemaluannya kemulutku. Mulanya bau khas
kelamin pria membuatku sedikit jijik, namun karena Bang Roji yang menuntun
aku,makanya aku hanya mampu mengulum batangnya yang mulai keras itu.Memang
Batang Kemaluan Bang Roji amat panjang dan tak muat oleh mulutku.Untunglah Bang
Roji mau mengerti aku yang tak siap melakukan itu.
Kemudian
kami pun saling membelai agar birahi kami kembali terbakar.Tak memerlukan waktu
lama memang,aku pun di minta Bang Roji untuk naik ketiubuhnya.Ia hanya
telentang dengan kemaluan yang tegak keras.Aku kemudian berusaha memasukkan tiang
tegak milik Bang Roji ke lipatan kemaluanku.Dan beberapa saat kemudian aku pun
bergerak naik turun. Sungguh hebat sekali sensasi yang aku dapatkan saat itu.
Kuakui bahwa sensasinya amat dapat membuatku cepat orgasme. Sedang bang Roji
masih belum apa apa. Aku terlanjur terkulai disampingnya.Dan Bang Roji lantas
membelai belai payudaraku hingga aku merasa nikmat. Aku lalu ditelentangkannya
dan kedua kakiku dibukanya. Ia masih memilin payudaraku dan lalu
menjilatinya.Mulutnya lalu turun kearah perut dan liang kelaminku.Disaat aku
sudah mulai kembali naik birahi,Bang Roji lalu memasukkan kemaluannya yang
telah keras itu,hingga mentok.
Aku
mendengus tertahan,merasa kelaminku penuh.Dan seterusnya ia memaju mundurkan
kemaluannya diliangku,Aku seakan tak diberi waktu bernafas malam itu.Keringatku
kembali membasahi tubuhku.Dan disaat aku akan mendapatkan kembali
orgasme,dengan mencengkram bahunya,Bang Rojipun semakin kuat dan cepat maju
mundur dalam kelaminku.Bunyi bunyi pertemuan paha dan kelamin kami membuat nafsu
kami berdua semakin memuncak. Tiba tiba aku merasa diserang ribuan rasa nikmat
dan terbang. Aku orgasme dan Bang Rojipun memuncratkan air cintanya dalam
tubuhku. Beberapa saat yang terdengar hanya deru nafas puas kami yang
terdengar.bang Roji masih berdiam di atas tubuhku.Dia lalu melongsor
disampingku karena kemaluannya sudah kembali keukuran semula dan terlepas dari
kelaminku.Aku sangat puas atas kenikmatan ragawi yang diberikan Bang Roji.
Tidak sama dengan yang di berikan suamiku yang setelah puas lalu menarik
kemaluannya dari liangku.Kemudian dengan rasa capai yang terasa di tulangku aku
tertidur berpelukan dengan Bang Roji.Kini Bang Roji bukan saja sebagai petugas
keamanan kompleks namun juga sudah menjadi orang yang amat penting bagi
kehidupan aku dan putriku.
Paginya
disaat aku terbangun,aku buru-buru membangunkan Bang Roji agar jangan sampai
kepergok putri kecilku. Bang Roji cukup paham akan kekuatiranku ini.Ia lantas
mengenakan pakaiannya yang sudah berceceran. Aku sempat melihat benda yang
semalam memasukiku itu yang kini terkulai lemas. Dengan sedikit malu aku
lengoskan mukaku dari pandangan mesra Bang Roji. Setelah pakaiannya terpasang
ia pun keluar kamar. Bang Roji langsung pulang kerumahnya,mumpung masih sepi
dan belum ada yang tahu.Aku pun lantas turun dari pembaringan,namun rasa nyilu
dan pegal dipersendian tubuhku membuatku bermalas malasan hari Sabtu
itu.Untunglah hari itu aku tak masuk kantor.Aku berusaha memunguti pakaiannku
yang juga berceceran di lantai dan memasukannya kedalam kain kotor.
Aku
pun membersihkan kain sprey yang juga sudah awut awutan ditambah oleh adanya
noda noda cairan sperma dan keringat kami berdua.Aku lalu masuk kekamar mandi
untuk mandi dan membersihkan tubuhku yang aku rasakan lengket-lengket disana
sini. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku pun memasukkan kain kotorku
kedalam mesin cuci. Pagi itu aku mencuci semua pakaian kotorku juga milik
putriku.Tak lama memang aku pun menjemurnya.Aku lihat dikamar putriku, rupanya
dia sudah bangun dan aku ajak dia untuk mandi pagi itu.Setelah memandikan
putriku aku pun memasak makanan yang akan aku makan berdua dengan anakku.Pagi
itu perutku terasa lapar ,karena malamnya memang habis bertarung birahi dengan
Bang Roji.Aku sempat senyum sendiri membayangkan yang kami perbuat malam tadi.
Setelah
semuanya beres dan aku juga sudah minum suplement agar tubuhku tetap bugar,aku
pun mengajak putriku untuk jalan keluar.Sebab aku merasa berdosa padanya akibat
perbuatanku dan bang Roji malam tadi. Dengan mobil aku ajak putriku jalan jalan
ke pusat perbelanjaan. Setelah beberapa jam melakukan jalan jalan dan membeli
segala keperluan,aku pun balik pulang.Dan di gerbang menuju kompleks,aku kami
bertemu Bang Roji yang sedang tugas.Putriku minta berhenti dan ia ingin bertemu
Bang Roji.Lalu tiba-tiba saja putriku minta agar kami jalan-jalan ke Anyer
lagi. Ia ingin main air laut katanya.“Maaaa…Cici ingin ke pantai, bareng Pak
Roji!” katanya dengan suara yang masih cadel.Aku memandang Bang Roji. Dengan
alasan Pak Roji masih tugas aku berusaha menenangkan putriku. Namun Bang Roji
bilang Bahwa ia tugas sampai jam 15,00.“Nah sorenya kita bisa kesana dik Rissa”
terang Bang Roji, “kan Besok hari minggu,abang bisa libur.”Aku pun terpaksa
menuruti kemauan putriku itu. Setelah menyiapkan bekal seadanya, sore itu kami
berangkat ke pantai Anyer bertiga dengan Bang Roji dan putriku.
Selama
perjalanan aku yang menyetir sebab Bang Roji tak bisa nyetir. Dalam perjalanan
itu, putriku dan Bang Roji asik bercanda dan bermain main.Terdengar tawa
keduanya yang duduk di bangku belakang. Entah apa yang diketawakan mereka
berdua. Tampak sekali putriku butuh sosok ayah, dia terlihat manja bersama Bang
Roji. Sesampai di Anyer,kamipun turun dan aku mengurus sewa villa yang akan
kami tempati.
Aku
dan Bang Roji memasukki villa dan membawa segala keperluan yang telah aku
siapkan dari rumah.Aku pun lantas mengeluarkan makanan juga penganan yang akan
kami santap malam nanti.Sementara aku di Villa asik masak dan menyiapkan
makanan, Bang Roji dan putriku asik juga bermain di pantai hingga senja
menjelang. Setelah puas bermain main di pantai, putriku aku bersihkan dengan
air hangat dan suapkan makanannya. Mungkin karena telah lelah selama perjalanan
dan main air laut, putriku pun tertidur.
Akupun
membaringkannya di kamar yang satunya lagi agar ia bisa dengan nyenyak tidur.
Saat aku menidurkan putriku, bang Roji sedang duduk di beranda villa,sambil
menghisap rokok.Aku pun memanggilnya untuk makan sebab aku tahu ia tentunya
sudah lapar juga.Malam itu kami pun makan berdua di meja makan ruang tengah
villa. Setelah makan dan menutup makanan dengan tudung yang aku bawa dari
rumah, aku pun keluar villa untuk mencari angin. Aku berjalan menyusuri bibir
pantai seorang diri dan tak lama kemudian aku sampai di pantai dekat
villa.tampak Bang Roji masih duduk dipinggir pantai dekat Villa.Ia sengaja tak
jauh dari villa sebab kuatir nanti putriku terbagun dan nangis.Apalagi katanya
ia ingin menjaga villa agar tak dimasuki maling,sebab didaerah itu sering
terjadi kehilangan katanya.
Melihat
aku yang berada di pantai dekat villa, Bang Roji berjalan kearahku.Dia lalu
meraih tanganku.Seoalah kami pasangan suami istri iapun lantas menciumi
tanganku, aku lantas dipeluk dan kamipun berjalan kearah villa. Masih dalam
berpelukan kamipun masuk villa. Bang Roji lalu menutup pintu vila dan
mengandengku kekamar. Sampai dalam, kamipun naik ke pembaringan.Aku tak sanggup
berkata apa apa sebab kami akan menjalani sorga dunia yang baru kami
lakukan.Tidak terlalu berlama lama kamipun sudah dalam keadaan bugil.
Dengan
cumbuan dan rabaan yang cukup intens di payudara dan liang intimku, malam itu
pun kami melakukan hubungan kelamin untuk yang kesekian kalinya. Bang Roji
kurasakan amat perkasa dan mengerti apa yang aku inginkan. Kini aku sudah
menemukan seseorang yang mampu mengisi hari hariku, meski aku merasa sedikit
cemburu jika ia berada di rumah istri istrinya. Malam itu di vila yang aku
sewa, aku kembali dihantarkan Bang Roji menggapai kepuasan sebagi wanita dewasa
seutuhnya. Kini aku mendapatkan kepuasan itu dari orang yang aku curigai dulu
sering mengintipku itu, apalagi dulunya aku amat tak suka padanya, namun kini
aku sudah bisa menerimanya luar dalam. Aku selalu merasa puas bersetubuh
dengannya, selain kepuasan seksual, juga kepuasan psikologis mampu membalaskan
sakit hatiku pada suamiku yang juga berselingkuh di luar sana.
No comments:
Post a Comment